Meski mayoritas para buruh meminta agar upah minimum mereka dinaikan, namun ada beberapa buruh juga yang berpikir bahwa kelayakan gaji sangat tergantung dari gaya hidup para pekerja itu sendiri. Hal ini diungkapkan oleh beberapa buruh yang bekerja di kawasan industri Tangerang.
Menurut Wita Mulyana (34) seorang buruh pabrik garmen di Kawasan Industri Jatake Tangerang, berapapun gajinya namun semua tergantung dari gaya hidup para buruh juga. "Mau gaji Rp 2 juta atau Rp 3 juta sama saja. Semua tergantung gaya hidup masing-masing," katanya, Jumat (1/11).
Wita menceritakan bahwa dirinya bekerja sejak 10 tahun lalu dengan gaji awal Rp 900.000 per bulan, hingga sekarang dia mendapat gaji Rp 2,2 juta per bulan. Dirinya merinci gaji itu digunakan untuk berbagai keperluan, seperti cicilan rumah, cicilan motor, gaji pengasuh anak, jajan anak, dan keperluan rumahtangga lainnya. "Pengeluarannya sama saja. Uang yang ditabung juga tidak lebih dari Rp 500.000 per bulan," tukasnya.
Wita menambahkan, kenaikan gaji buruh pada awalnya memang menyenangkan, namun harga kebutuhan pokok di pasaran juga turut melambung. "Jadi sama saja, mau gaji naik pun. Kalau saya lebih memilih harga sembako stabil," ujarnya.
Setiap pekerja termasuk buruh harus mendapatkan upah yang layak agar kesejahteraan hidup mereka terpenuhi. Namun tak dapat dipungkiri bahwa gaya hidup juga kadang mempengaruhi mereka sehingga setiap gaji yang diterima dirasa tidak cukup. Untuk itu setiap pekerja harus bijak dalam mempergunakan penghasilannya.
Baca Juga Artikel Lain: